(Day 15) Jalan Berliku Behind The Scene Film Akeelah and The Bee
Sebelumnya pada blog ini aku menulis
beberapa postingan terkait pelajaran apa yang bisa didapat dari salah satu film
favorit saya: Akeelah in The Bee. Postingan-postingan
itu bisa dilihat di link-link berikut ini:
Perjuangan yang dialami anak sekecil
Akeelah Anderson dalam film itu memang tak bisa dibilang mudah. Di usianya yang baru 11
tahun ia sudah kehilangan ayah kandung. Sang ayah yang mengajarinya main
scrabble dan jadi tergila-gila pada mengeja kata. Ibunya akhirnya harus seorang
diri membiayai ketiga anaknya dengan menjadi perawat. Karena kesibukan ibunya,
Akeelah agak kesulitan menjalin komunikasi dengan sang ibu yang lebih sering
terlihat capek begitu tiba di rumah. Sebagai keluarga dengan hanya satu orang
sebagai tulang punggung, keluarga Akeelah hidup sederhana. Akibatnya Akeelah
bersekolah di Crenshaw Middle School yang minim fasilitas. Akeelah sering
membolos karena ia membenci sekolahnya. Tapi ia meraih nilai sempurna dalam
pelajaran mengeja, dan gara-gara itu jadi diintimidasi teman sekolahnya untuk
mengerjakan PRnya. Ketika Akeelah akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan
potensinya di Spelling Bee Competition, ia terkendala masalah finansial dan
izin dari ibunya yang mengkhawatirkan nilai-nilai Akeelah yang jeblok. Meski
demikan, ia akhirnya berhasil mengatasi satu demi satu hambatan dengan dukungan
orang-orang di sekitarnya.
Akeelah terpukul ketika ia diperintah membatalkan keikutsertaannya dalam kompetisi Spelling Bee akibat nilai-nilai sekolahnya yang jeblok |
Setelah melihat perjuangan anaknya, ibu Akeelah kemudian tergerak untuk membantu Akeelah menghapalkan kosa kata sulit untuk persiapan kompetisi |
Behind
The Scene film Akeelah and The Bee ini ternyata tak kalah berliku.
Tahu nggak kalau Doug Atchinson sendiri mengembangkan cerita bagi film ini
selama lebih dari 10 tahun! Konsepnya sudah ia buat sejak menyaksikan Scripps
National Spelling Bee di tahun 1994. Naskah skenarionya ia rampungkan di tahun
1999 dan pada tahun 2000 naskah itu memenangkan Academy of Motion Picture Arts
and Sciences (AMPAS*) Nicholl Fellowship. Kemenangan yang diraih naskah Akeelah
and The Bee menarik perhatian produser Sid Ganis dan Nancy Hult Ganis.
Meski sudah mendapatkan produser,
awalnya film ini nyaris tak berhasil mendapatkan dana yang memadai untuk
difilmkan. Namun kemudian, di tahun 2002 sebuah film dokumenter berjudul
Spellbound meraih kesuksesan bahkan sampai dinominasikan untuk Academy Award
(OSCAR). Film dokumenter itu memotret kisah 8 kompetitor yang bersaing di
Scripps National Spelling Bee tahun 1999. Keberhasilan film dokumenter itu
membuka jalan bagi naskah Akeelah and The Bee menuju layar lebar. Di tahun 2004
Lionsgate Film melakukan produksi film ini dan setahun kemudian proses syuting
dilakukan pada tahun 2005 di Los Angeles Selatan dengan budget 6 juta USD. Jadi
bisa dibilang kisah di balik pembuatan film ini malah lebih panjang dan berliku
daripada perjuangan Akeelah sendiri hingga sampai sanggup meniti puncak kejuaraan
kompetisi mengeja se-Amerika.
Film Akeelah and The Bee ini awalnya
kesulitan mendapatkan studio yang mau memodali pembuatannya, karena Atchinson
gigih mempertahankan visinya dalam film ini. Beberapa studio yang tadinya
tertarik pada ide cerita Atchinson ingin mengubah karakter Dr. Larabee menjadi
seorang berkulit putih (wah? Isu rasialkah ini? Kok sampai harus ada white-washing). Namun, Atchinson mempertahankan
tokoh Dr. Larabee harus dimainkan aktor berkulit hitam karena baginya figur
pembimbing bagi Akeelah haruslah seseorang yang sosoknya serupa dengannya dan
berasal dari lingkungan sekitarnya. Akhirnya, Presiden Studio Liongate saat
itu, Michael Paseornek setuju bahwa Atchinson sendiri yang harus menyutradarai
film ini. Karena hanya Atchinson yang mampu mewujudkan kisah yang sudah melekat
kuat di hati dan pikirannya itu. Aktor Laurence Fishburne yang akhirnya terpilih untuk peran itu.
Nggak bisa dibayangkan kalau Dr. Larabee akhirnya dimainkan aktor berkulit putih. Gregetnya pasti kurang |
Pada akhirnya film ini mampu
memperoleh penghasilan sebesar 18 juta USD (sementara modal pembuatan filmnya
6-8 juta USD), menerima sejumlah penghargaan dan nominasi termasuk Black Reel
Awards dan NAACP Image Awards.
Comments
Post a Comment