Day 9: [Narasi] Kebangkitan Kenaz Kegelapan [Runeblood Saga: The Heir of Erilaz]

Marah. Marah. Dan Marah. Lalu semua di depan matanya terlihat merah.

Dadanya terasa ditusuk-tusuk jarum. Jantungnya seolah remuk digerus murka. Rasa sakit itu terus menggedor ruang kesadarannya. Menuntut untuk dilepaskan. Dibebaskan. 

Suara-suara gelap dari masa-masa yang ingin ia lupakan kembali berpusing bagai kabut kelabu di benaknya.

'Kenapa sih kamu nggak semahir kakakmu?!'

'Runecasting sederhana saja kamu tak bisa?'

'Kamu cuma nggak berusaha sekeras kakakmu!'

'Jangan mempermalukan nama keluarga Emyris!'

'Dalam satu pohon, pasti selalu saja ada satu buah yang busuk.'

'Wah. Kamu adik Guinivere? Kok nggak mirip, ya?!'

Marah, malu, sedih, jijik, muak, semua rasa itu bercampur baur menjadi satu menjadi rasa yang susah didefinisikan.

Maka muntahlah Morgana. 

Begitu ia membuka mulut, ribuan pisau seolah melesat menusuk dan menghujam tepat ke arah Guinivere Emyris. Kakak perempuan yang bagi Morgana menjadi biang kerok segala kesialannya di dunia ini.

"ANDAI KAMU NGGAK PERNAH ADA DI DUNIA INI! ANDAI AKU NGGAK USAH JADI ADIKMU! AKU PASTI LEBIH BAHAGIA!"

Morgana merasa hatinya mengeras tiap setiap kali satu makian terlontar. Puas. Tak pernah ia merasa sepuas ini sepanjang ia hidup. Setiap kali kerutan di dahi Guinivere bertambah akibat makiannya, makin keraslah Morgana terbahak-bahak dalam hati.

"MATI SAJA KAU! ENYAH! BIAR HIDUPKU JADI LEBIH MUDAH!"

Morgana menikmati kemarahannya bagaikan candu. Ia pun terus dan terus dan terus menyemburkan pisau-pisau tak kasat mata dan menikamkannya ke arah Guinivere.

Hingga tiba-tiba sesuatu yang aneh terjadi. Cahaya merah kehitaman tiba-tiba muncul dari dada Guinivere. Dan bersamaan dengan itu tiba-tiba tubuh gadis itu dilalap bara api berwarna hitam. Dan menggelepar serta menjerit-jeritlah ia di tanah. Jeritannya terdengar mengerikan dan mengoyak kesadaran Morgana. Membawanya kembali pada realita.

Morgana terbelalak. Ia memang bermaksud menyakiti Guinivere. Tapi tak sampai sebegitunya. Ia hanya ingin menyakiti. Tak sampai mencelakai. Apa yang sebenarnya terjadi???

Wajah gadis berambut burgundi itu memucat melihat formasi Rune terbentuk di tanah tempat kakaknya berkelojotan bagai cacing kepanasan. Sebuah simbol Rune bersinar merah darah di depan dadanya. Simbol Rune Kenaz. Rune api. Tapi simbolnya terbalik. 


"URUZ!" Begitu kesadarannya kembali, Morgana menjerit merapal Rune penyembuhan dan mengarahkannya ke arah Guinivere. Aneh. Sama sekali tak terjadi apa-apa.

"URUZ!" 

Kekuatannya sama sekali tak keluar justru di saat yang paling genting. 

'Mungkin kamu memang tak berbakat menjadi Perapal Rune. Kamu tidak seperti kakakmu.'

'Pada satu pohon, pasti ada juga buah yang busuk.'

Suara-suara gelap itu kembali menusuk-nusuk ingatannya.

"URUZ!" Morgana mulai menangis. "ISA! LAGUZ!" Dalam keputusasaannya ia meneriakkan Rune Es dan Rune Air yang bahkan belum ia kuasai. Jelas saja tak terjadi apa-apa. Sementara kobaran api hitam yang melalap Guinievere semakin besar.

Tiba-tiba saja lidah api hitam itu melecut bagaikan cemeti dan menyambar ke arah Morgana. Gadis itu bahkan tak sempat menghindar. Dan mungkin, baginya ia memang tak pantas untuk menghindar.

***

"ALGIZ!" 

Cahaya keemasan yang menyilaukan tiba-tiba menaungi Morgana, menjadi benteng yang menolak sambaran api hitam yang sudah mengancam jiwanya. 

"LAGUZ!"

Langit malam yang cerah tiba-tiba mendadak mendung, dan bagai sihir. hujan pun turun begitu deras. Memadamkan kobaran api hitam yang tadinya begitu membara. Tubuh Guinivere kini diliputi cahaya hijau kegelapan. Formasi Rune bersinar terang di bawah tubuhnya. Dan simbol Rune Laguz, Rune Air melayang di atas kepalanya. Guinivere pun tampak tenang, meski jelas ia kini kehilangan kesadarannya.

Morgana jatuh berlutut di tanah. Sekujur tubuhnya gemetaran. Ia nyaris membunuh kakak kandungnya sendiri. 

Bersambung ke sini

*Salah satu rancangan adegan untuk kisah Runeblood Saga: The Heir of Erilaz. 




Comments

Popular posts from this blog

Day 11 Pelajaran yang Kudapat dari Film Akeelah and The Bee (I)

Day 13 Konflik Ibu-Anak Yang Menyentuh Hati pada Film Akeelah And The Bee (1)

Day 12 Pelajaran yang Kudapat dari Film Akeelah and The Bee (2)