Day 10: [Narasi] Kebangkitan Kenaz Kegelapan Bag. 2 [Runeblood Saga: The Heir of Erilaz]



'Kenapa sih kamu nggak semahir kakakmu?!'

'Kamu cuma nggak berusaha sekeras kakakmu!'

'Jangan mempermalukan nama keluarga Emyris!'

'Wah. Kamu adik Guinivere? Kok nggak mirip, ya?!'

Suara-suara negatif dari masa lalu menimbulkan rasa marah, malu, sedih, jijik, dan muak bercampur baur dan berwujud luka menganga di dada Morgana Emyris. Dan yang ia jadikan pelampiasan amarahnya adalah Guinivere Emyris, kakak perempuan yang bagi Morgana menjadi biang kerok segala kesialannya di dunia ini.

Segala umpatan dan caci-maki pun melesat laksana ribuan pisau dari mulut Morgana.

"ANDAI KAMU NGGAK PERNAH ADA DI DUNIA INI! ANDAI AKU NGGAK USAH JADI ADIKMU! AKU PASTI LEBIH BAHAGIA!" raung Morgana langsung di depan Guinivere.

Namun, tiba-tiba kata-kata itu benar-benar berefek secara nyata pada tubuh Guinivere. Sekonyong-konyong tubuh kakak Morgana itu dilahap oleh kobaran api hitam yang entah dari mana asalnya. Morgana lalu berusaha menyelamatkan kakaknya dengan Uruz, Rune Penyembuhan. Tapi kali ini ia malah tak bisa mengeluarkan kekuatan Rune Uruz yang biasanya ia kuasai. Hingga akhirnya sesosok misterius datang dan merapal Laguz, Rune Air untuk menolong Guinivere yang malang. Apa yang sebenarnya terjadi?

Narasi lanjutan:

sfumaturedimagia.com

Seorang pemuda bertubuh kecil dan berambut berantakan yang mencuat-cuat seperti duri landak berlari dari arah belakang Morgana dan langsung menghampiri tubuh Guinevere. Derap kakinya menimbulkan suara berkecipak di tanah yang becek dan berair. Dilewatinya Morgana begitu saja seolah gadis itu hanyalah makhluk transparan. Aquilla Riddlestone. Rupanya dia yang baru saja merapal Rune Algiz dan Laguz sekaligus untuk menyelamatkan dua kakak beradik Emyris itu.

Pemuda itu berlutut di samping tubuh Guinivere dan memeriksa kondisi gadis malang itu. Api sudah benar-benar padam, dan hujan pun perlahan mereda. 

Matanya seperti kucing menyorot tajam pada Morgana.

"Selamat," sinisnya getir. "Akhirnya kamu bisa menguasai Rune Kenaz yang menjadi impianmu. Kamu resmi menjadi seorang Slasher sekarang."

Slasher adalah Perapal Rune yang mampu menggunakan Rune Penyerangan. Kebanyakan keluarga Emyris adalah Perapal Rune bertipe Slasher. Sehingga merekalah yang sering maju di garda depan setiap kali perang melawan pasukan neraka berkobar. Untuk menjadi seorang Perapal Rune bertipe Penyerang, umumnya harus menguasai Rune Kenaz, Rune Api sebagai Rune dasar.

Namun, Morgana adalah seorang Perapal Rune bertipe Healer, penyembuh. Dan ia membenci kenyataan itu. Benci karena ia tak bisa menggunakan Rune bertipe penyerang seperti kebanyakan keluarganya yang lain. Seperti Guinivere, kakaknya.

Dan kini akhirnya insiden yang tak disengaja sekaligus mengerikan malah membuatnya bisa menguasai Rune Kenaz secara tak sengaja. Dan yang ia serang pertama kali adalah kakaknya sendiri. Tak hanya menyerang, ia bahkan hampir merenggut nyawa Guinivere. 


Aquilla menggendong tubuh Guinivere. Mendekapnya di depan dada dan berjalan ke arah Morgana yang masih termanggu di tanah. Kekuatan fisik Aquilla sungguh mengherankan bagi orang yang tubuhnya seperti anak kecil.

"Tenang saja. Aku takkan memberi tahu Heinrich dan Selena. Aku akan bilang Guinn diserang setan api," ujar Aquilla dingin. Tak jelas apakah ada maksud ejekan terselubung dari kata-katanya.

Morgana diam tak menjawab. Aquilla pun berlalu melewatinya. Setelah beberapa langkah, ia berhenti dan melanjutkan kata-katanya.

"Ngomong-ngomong, Rune Kenazmu terbalik. Itu Dark Rune. Berhati-hatilah saat menggunakannya."

Kepala Morgana makin tertunduk. Hatinya yang tadi dibakar amarah kini terasa kosong dan beku. Kini ia tahu betapa mengerikannya efek kata-kata yang tak terkendali.



***

Salah satu rancangan adegan untuk Runeblood Saga: The Heir of Erilaz

Comments

  1. Semacam ibu yang harus menjaga kata kata yang keluar dari mulutnya. BERBAHAYA!. Btw aku suka dengan Morgana, karena dia ingin menjadi dirinya sendiri. Kebanyakan orang malah larut untuk menyanjung saudaranya tanpa ingin dirinya sendiri lebih berkualitas. Lanjut!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Thank you udah mampir, Taqin :)

      Iyap. Cerita ini memang tentang bahayanya mengeluarkan kata-kata menusuk saat sedang marah :)

      Thanks udah suka dengan karakter Morgana yang sedang mencari jati dirinya ini :)

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Day 11 Pelajaran yang Kudapat dari Film Akeelah and The Bee (I)

Day 13 Konflik Ibu-Anak Yang Menyentuh Hati pada Film Akeelah And The Bee (1)

Day 12 Pelajaran yang Kudapat dari Film Akeelah and The Bee (2)