Day 8: Mengintip Inspirasi dari BLURB Buku Raden Saleh

Suatu sore iseng saya main ke acara Pesta Buku di Taman Krida Budaya, Malang. Nggak seperti di Pesta Buku #1 yang saya kalap memborong berbagai buku murah dari lapak, kali ini saya menahan diri dan sadar diri. Mwahahaha... Lagipula buku-buku yang saya borong dari Pesta Buku #1 kemarin juga masih numpuk di kamar dan belum semuanya dibaca.


***
Awalnya saya mau ke sana jalan kaki. Mengikuti ajaran sang Penyair Aan Mansyur: "penulis tuh kalau pingin dapat ide biasakan jalan kaki!" Tapi karena hari sudah sore, takutnya sampai di sana sudah maghrib terus kecapekan dan nggak bisa nikmati "petualangan di tengah labirin buku". Jadi saya cuma jalan bentar sampai ke jalan raya sedikit. Di pertengahan saya nyegat angkot. Pulangnya pas malam, baru saya jalan kaki sampai ke rumah. Gak ada sinar matahari, jadi jalannya lebih enak dan semangat #ModeVampir
***
Gimana cara saya cari inspirasi di bazar buku tanpa beli buku sama sekali? Wkwkwkw... Ya... Jalan-jalan aja ngeliatin judul-judul buku. Terus bolak-balik bukunya. Baca BLURB bukunya. BLURB kan ada informasi soal isi buku juga. Kadang karena begitu menarik, BLURBnya saya potret juga. 

Saya sering juga ngelakuin ini di toko-toko buku besar, kok. Ngiterin isi toko tanpa beli buku (hiks) tapi tetep berusaha dapat inspirasi dari situ. Syukur-syukur ada yang plastiknya memang udah kebuka dari sananya, jadi bisa intip-intip isinya wkwk (eit, tapi buat buka plastik sendiri, saya ga pernah loh!)
***
Inspirasi apa yang saya dapat dari bazar buku hari ini?

Misalnya tadi di suatu stand bazar saya notice ada buku tentang Raden Saleh, salah satu maestro dan legenda pelukis aliran naturalis di Indonesia yang hidup di zaman kolonial Belanda. Kebetulan ayah dulu hobinya melukis di kanvas (sayang belum dilanjut lagi), jadi pas punya duit gitu beliau koleksi beberapa buku tentang lukisan dan di sana sempat disebut-sebut juga nama Raden Saleh dan sample gambar karyanya. 

Nggak banyak yang saya tahu soal beliau. Beneran cuma tahu nama dan kalau lukisannya memang bagus banget. Udah itu aja. Saya excited pas tahu di bazar itu ada buku yang khusus bercerita tentang beliau. Penerbitnya kalau ga salah Narasi. Moga nanti di masa depan berjodoh sama buku ini. Aamiin.

Self-Potrait Raden Saleh. Dari wikipedia

***

BLURB buku untungnya bersedia memberikan bocoran isi buku dengan dermawan. Ternyata sang maestro itu saat belajar melukis bersama anak-anak Belanda itu dibully loh. Diejek-ejek. Jadi ceritanya seorang kawan Belandanya suatu hari memamerkan karya lukisan bunga yang sangat bagus sampai menurut gosip, kupu-kupu saja tertipu dan hinggap di sana karena mengiranya sebagai bunga betulan.

Teman-teman Belanda Raden Saleh lalu menantang sang maestro untuk membuat lukisan yang lebih bagus. Raden Saleh terluka hatinya. Lalu pergi begitu saja dan tak pernah kembali ke sekolah melukis sampai beberapa minggu lamanya. Teman-temannya merasa bersalah lalu mencari Raden Saleh ke rumahnya. Tapi apa yang mereka dapati??? Di tengah ruangan Raden Saleh tampak tergeletak di lantai dengan berlumuran darah. 
***

Sampai di sini saya terkaget-kaget membayangkan situasi saat itu. Begitu juga teman-teman Raden Saleh dalam narasi blurb. 

"Masak Raden Saleh pernah sampe nyoba bunuh diri karena bullying, sih???" jerit saya dalam hati. Ga ridho.

Ternyata ending adegan ini mengandung plot twist. Raden Saleh tiba-tiba keluar dari tempat persembunyiannya di balik pintu dan berkata kepada teman-temannya yang masih shock:

"Lukisan bungamu memang bisa menipu kupu-kupu. Tapi lukisan saya bisa menipu manusia!"

Jadi ternyata adegan horor di lantai itu lukisan??? Haa??? Kayak apa lukisannya ya? Belum pernah liat di buku-buku. Apa sempat terdokumentasi? Hiiii...

Begitulah. Di BLURB itu kemudian disebutkan bahwa saking melegendanya reputasi Raden Saleh hingga ke manca negara, nama beliau diabadikan menjadi nama salah satu kawah planet Merkurius bersama 14 seniman legendaris dunia lainnya. 

E ciyuuus? Ada berita ini? Wah. Habis ini cek! Hahaha
***
Ini membuat saya berpikir bahwa orang sehebat apa pun biasanya memang ditempa oleh kejadian-kejadian menyakitkan tapi mereka bisa melaluinya. Mudah bagi kita di masa sekarang untuk mengagumi dan memuja kehebatan para legenda atau maestro ketika pencapaiannya sudah diakui dunia. Tapi ketika mereka masih berjuang dari sosoknya yang bukan siapa-siapa, benar-benar dari nol, bisakah kita menghormati dan menghargai potensi orang itu?


Yak. Itulah inspirasi yang saya dapat dari jalan-jalan di Pesta Buku 2 Taman Krida Budaya Malang sore itu.

Comments

Popular posts from this blog

Day 11 Pelajaran yang Kudapat dari Film Akeelah and The Bee (I)

Day 13 Konflik Ibu-Anak Yang Menyentuh Hati pada Film Akeelah And The Bee (1)

Day 12 Pelajaran yang Kudapat dari Film Akeelah and The Bee (2)