Day 6: Mendengar Nyanyian Surga, Sampai Dikerjain Di Pesta Buku

20 Oktober kemarin aku datang ke Pesta Buku di Taman Krida Budaya Malang. Aku merasa harus pergi refreshing dan mencari ide untuk kelas menulis yang sedang aku ikuti ini. Salah satu refreshing-ku memang berkeliling di tempat-tempat yang berhubungan dengan buku. Entah perpustakaan, toko buku, atau bazar buku. Kadang nggak beli buku, keliling-keliling di antara rak buku atau stand buku aja sudah cukup jadi refreshing. Membaca BLURB buku satu-satu. Sambil nengokin harga terus meratapinya (huahuahau).

Begitu aku datang, ternyata di sana sedang diadakan lomba menyanyi untuk anak-anak. Yang menyanyi saat itu adalah seorang anak lelaki. Lupa saya apa lagunya. Tapi dia menyanyi dengan energik meski wajahnya masih datar. Yang jelas suaranya lantang dan ia menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri dengan semangat. Dari ujung panggung kulihat Mas Eko Cahyono mengawasi jalannya perlombaan dengan senyum sumringah. Kebetulan saat itu ia sepertinya tersenyum ke arahku, jadi aku lambaikan tangan ke arahnya dan mendekat.



Mas Eko Cahyono adalah penggiat literasi dari Perpustakaan Anak Bangsa di Jl. Ahmad Yani, Desa Sukopuro, Kecamatan Jabung, Kabupaten Malang. Aku baru mengenalnya sekitar tahun lalu dari acara di FKTBM (Forum Komunitas Taman Bacaan Masyarakat) di Malang, dan acara Literasi di Kafe Pustaka. Saat itu kutanyakan padanya bagaimana cara untuk membangun Taman Baca, karena FLP Malang memiliki impian untuk mendirikan Taman Baca Masyarakat di masa depan. Agar bisa lebih merangkul masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan FLP Malang.

Tebak mana yang Mas Eko hayo? Hihihi

“Acara tahun ini konsepnya dibuat lebih ramai, ya,” sapaku. “Biar lebih banyak menarik minat masyarakat, ya?”

Pertanyaanku langsung diiyakan oleh Mas Eko dan kami ngobrol sebentar sambil mendengarkan suguhan nyanyian dari anak lelaki di atas panggung. Mas Eko memang orang yang menyenangkan untuk diajak mengobrol. Wajahnya selalu sumringah saat bertemu orang yang ia kenal.



Acara Pesta Buku Pertama Tahun 2016 memang didominasi dengan diskusi-diskusi tentang dunia buku dan literasi. Sedangkan di Tahun 2017 ini ditambah dengan beberapa stand penjualan makanan (yang untungnya tetap sesuai porsi, jadi tidak sampai menutupi acara bazar bukunya sendiri). Lalu ada variasi lomba mewarnai, menyanyi, dan banyak lagi. Posisi panggung tempat acara diskusi dan talkshow juga untuk tahun ini dibuat menghadap pintu masuk bazar buku. Sehingga mereka yang keluar-masuk dari area bazar bisa melihat acara yang berlangsung di panggung. Sebaliknya mereka yang jadi penonton di panggung, bisa jadi akhirnya tertarik untuk masuk ke area bazar dan berbelanja (apalagi setelah melihat banyak orang keluar sambil menenteng-nenteng buku haha). Intinya penempatan panggung lebih strategis. Karena kalau tahun lalu diletakkan satu baris dengan pintu masuk area bazar.

Dekorasi. Dingklik Melayang XD

Setelah bercakap-cakap sejenak, anak laki-laki di panggung itu selesai menyanyi. Mas Eko langsung bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju panggung dan memperkenalkan gadis mungil berjilbab pink sebagai peserta terakhir. Oh. Rupanya Mas Eko bertugas sebagai MC acara. Jadi akhirnya aku langsung masuk ke area bazar buku dan berkeliling melihat-lihat buku.
Suara musik lagu anak-anak dan nyanyian peserta terus terdengar sampai ke dalam ruangan bazar. Kali ini suara nyanyiannya terdengar lebih riuh. Di acara penutupan, sambil menunggu para juri menentukan pemenang, Mas Eko mengajak adik-adik peserta lomba untuk bernyanyi bersama. Penasaran, aku kembali keluar dari area bazar untuk menonton aksi mereka lagi.

Duh, rasanya aku benar-benar terbuai. Mereka semua memang masih sangat belia. Tapi suaranya... seperti berasal dari surga. Suara anak-anak polos yang masih belum tercemar oleh polusi dunia. Sejenak aku lupa dengan segala permasalahanku di dunia nyata. Benar memang kalau musik bisa jadi salah satu metode terapi.

Saat sedang asyik menikmati alunan musik dengan syahdu, tiba-tiba Mas Eko bikin ulah. Pertama ia melambaikan tangannya kepadaku, memintaku naik. DOENG??? Apa pula ini?

Dan yang bikin shock, Mas Eko lalu mengatakan via mic: “Inilah Gusti. Bintang cilik radio...”

Buset dah. Radioaktif maksudnya? Mengandung radiasi? Hahaha. Nguarang puol. Ya Allah. Aku tergelak dan buru-buru menyelamatkan diri ke dalam area bazar. Dan Mas Eko mengatakannya dengan sangat lempeng dan lancar, serta terdengar begitu meyakinkan. Orang yang berbahaya hahahaha.

Setelah itu baru Mas Eko mengoreksi kalimatnya mengatakan bahwa aku adalah penulis dari Malang. Masyaallah. Yah. Aku masih berlatih agar bisa mencapai impian itu, sih. Tapi candaan Mas Eko saat itu kuaminkan dalam hati sambil tersenyum.

Setelah dia turun panggung, aku protes padanya sambil menahan geli di perut, “Apaan?! Sejak kapan aku jadi  bintang radio cilik?”

Mas Eko terkekeh, “Haha. Aku senang mempromosikan teman-temanku. Kemarin ada Mashdar Zainal datang, Fahrul, terus teman-teman lain, ya aku sekalian promosikan buku mereka.”

Haha. Mas Eko. Yang gurauan dan candaannya bisa begitu spontan dan menghibur. Semoga akan selalu ada yang menghibur dan menguatkanmu dalam menghadapi berbagai macam skenario hidupmu di dunia ini.

Acara Pesta Buku di Malang ini masih akan diselenggarakan sampai Rabu, 25 Oktober 2017 besok: Dari jam 9 pagi sampai malam.

***

Lebih detail soal Mas Eko Cahyono dan Perpustakaan Anak Bangsa bisa dibaca di sini:




Comments

Popular posts from this blog

Day 11 Pelajaran yang Kudapat dari Film Akeelah and The Bee (I)

Day 13 Konflik Ibu-Anak Yang Menyentuh Hati pada Film Akeelah And The Bee (1)

Day 12 Pelajaran yang Kudapat dari Film Akeelah and The Bee (2)